trisnoblog - Jika di Indonesia para paedofil menggunakan kedok asmara online untuk menjerat korban, di luar negeri kedoknya lebih beragam. Di Filipina misalnya, puluhan ribu anak terang-terangan dipekerjakan sebagai pekerja seks online.
Salah satu bentuk eksploitasi seksual pada anak di Filipina adalah Webcam Child Sex Tourism atau wisata seks anak melalui webcam. Anak-anak miskin dari desa-desa direkrut, atau bahkan dijual oleh keluarganya. Mereka ditampung di sebuah mess atau rumah kontrakan yang dalam bahasa setempat disebut 'Den', lalu disuruh tampil vulgar dan memeragakan aktivitas seksual di depan kamera.
Penontonnya tak lain adalah para predator yang tak terhitung jumlahnya, dari berbagai negara di seluruh dunia. Sebagian memang paedofil, sebagian lagi ingin mencari variasi seksual dengan memanfaatkan anak kecil. Mereka membayar sejumlah uang untuk menonton tayangan langsung di internet, sambil berinteraksi dengan para korban.
Organisasi perlindungan anak dari Belanda, Terres des Hommes (TDH) baru-baru ini mengungkap betapa banyaknya jumlah predator yang berkeliaran di internet. Dengan menciptakan bocah virtual bernama Sweetie, TDH berhasil mengidentifikasi 1.000 predator dari 21 negara, hanya dalam waktu 10 pekan.
Belum ada tanggapan untuk "Mewaspadai pedofilia online"
Post a Comment